Translate

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
Seno Gumira Ajidarma,
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Cari Blog Ini

Kamis, 18 Desember 2014

pengantin senja

kaca ini bergerak tiga kali. terkapar karena hujan, terkikis karena tangis. hujan menangisi awan, awan memberikan malam. malam memberikan tangis.
hujan malam ini bukan satu pertanda aku harus menangis. cukup dengan terdiam tanpa hati harus teriris. hatiku masih sehat. setelah didoakan dalam sebuah ritual pernikahan, meskipun bukan pernikahanku. aku sendiri tak tahu kapan aku menikah, umur seperempat abad, ataupun tiga puluh tahun menjelang aku beruban.
hujan ini tangis dari malaikat. yang menitipkan sebuah sayap kepada sang naib. akad itu, bunga itu, bahkan sesaji itu, semua adalah pralambang prosesi sudah dilaksanakan. inilah pengantin yang ada dalam ode kasta rendah. pengantin sebutan sepasang burung dara yang duduk berdampingan dalam sebuah kapal bahtera.
melihat seperti halnya mendengar sebuah kebahagiaan ataupun hanya sebuah hal yang sangat mudah untuk dilaksanakan. aku melihat dalam kehidupanku, melihat sebuah irama hati yang masih ragu. aku masih muda. aku tidak tahu mana yang akan aku sandang untuk gelarku kelak, istri atau almarhumah. aku ingin semua aku sandang, sebagai seorang istri yang mulia untuk suamiku kelak, dan almarhumah untuk hidupku yang entah kapan aku akan menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar