Translate

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
Seno Gumira Ajidarma,
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Cari Blog Ini

Sabtu, 20 Juni 2015

Inilah Kenapa Aku Berhenti



"Aku akan berhenti menulis." Kata Salya kepada kakaknya.
"Kenapa? kau sudah bosan atau kurang bacaan?" Jawab Kakak.
"Aku tak akan bersaing dengan temanku, aku tak bisa. Selalu saja tulisanku jelek ketika dia mendapatkan banyak pujian. Aku ingin berhenti, lelah rasanya, menjadi orang lain untuk menuturkan apa yang tidak aku alami. Aku bukan semacam Tuhan yang menitahkan beberapa petuah kepada umatnya, yang mana seperti orang-orang di luar sana, mereka menyembah, mengagungkan tulisan mereka ataupun tulisan orang lain, yang menurut mereka bagus. Dan mereka menganggap beberapa penulis adalah tukang guna-guna, yang meramal apa yang akan terjadi dikemudian hari, padahal pedoman mereka hanyalah satu, kitab dan pengetahuan, yang sebelumnya sudah dititahkan Tuhan kepada umatnya untuk menbaca kitab.
Seperti halnya sebuah tulisan, aku hanyalah sebuah lisan yang mampu mengubah pribadi seseorang menjadi anggapan nihil mengenai Maya. Dia memang wanita yang hebat, menanggalkan kalender setiap hari dan memberinya satu nama laki-laki pada setaiap tanggal yang pernah dilaluinya. Dia pernah mencinta untuk melahirkan bunga mawar pada hati seorang laki-laki keturunan sunda. Menjaganya selama tiga tahun dan membiarkan bunga itu mekar seperti merpati yang terbang dengan keelokannya. Namun, pada saat bunga tersebut tersenyum karena ada anggrek sebagai parasit, mawar itu meredup. Parasit itu lebih kuat mencekat kerongkogannya. Membuatnya pingsan yang berujung dengan maut.

Itulah beberapa sebab mengapa aku ingin berhenti menulis. Karena tulisan yang sebenarnya membuat perkara, lisan tak mampu berucap demi pembelaan. Aku ingin menutup beberapa lembar kehidupanku sejenak, meninggalkan kertas dan pensil, menggantinya dengan sebuah pot. Aku ingin membenihkan mawar perwarna putih. Mawar yang suci, sebagai wujud keikhlasan hati. Dan aku meninggalkan segala bebanku dalam menulis. Aku akan kubur beberapa kenanganku bersama seseorang. Dan tulisan ini, akhir di mana aku menulis untuk beberapa saat hingga aku mampu memberiksan saru kepada mawarku, entah itu kapan. Yang pasti, akan berjalan sangat lambat dan memakan waktu. Meski aku benci menunggu, inilah kesabaran, mawar putih yang kunanti, kuharap tetap menjadi putih, bukan menguning."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar