Translate

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
Seno Gumira Ajidarma,
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Cari Blog Ini

Rabu, 29 Oktober 2014

Tempat Menghilang

Apa yang aku khawatirkan? Kenapa menjadi sebuah misteri yang berjamur?
Awalnya, sebuah kisah panjang aku rencanakan hingga detil. Aku tulis di kertas folioku bersampul dengan gambar yang kita ambil di pinggiran pantai waktu itu. Setiap hari aku buka lembaran itu, aku pandangi gambar-gambar yang aku cetak ukuran foto lamaran kerja, agar aku mudah menyimpannya diselipan kertas-kertas. Aku merasa senang, engkau yang tersenyum setiap waktu. Engkau yang ceria, menghapus semua kekecewaan dan kegelisahan. Namun, engkau tak mampu menutup rasa sendiriku.
Aku pergi meninggalkan rasa kesal dan kekecewaan, aku pergi di tengah keramaian. Mencari sebuah alasan yang membuat aku tampak tenang. Dulu, tempat yang aku sukai di jemabatan kebun binatang, tapi sekarang tempat itu dibongkar. Apa aku harus berteriak, jangan? Aku dapat diamankan aparat jika aku lakukan. Tata kota sudah menjadi tameng orang yang protes, orang yang tak mau perubahan, orang yang kecil dan lemah.
Aku berjalan, melihat sekitar, sekiranya aku mendapat ketenangan dan dapat aku tempuh dengan sepeda unguku. Hanya satu tempat, di mana aku dapat hilangkan semua dukaku. Lapangan hijau, jauh dari kota, namun itu pusat kota di sebuah kabupaten kecil. Tempatnya nyaman, banyak orang namun hanya berseliweran. Dan pandanganku dapat berubah menjadi tenang, daripada aku di rumah mendapat pertanyaan.
Ini bukan sebuah kebiasaan, hanya sebuah keinginan ketika aku sudah merasa sangat sendirian. Memandang orang sekitar ditemani patung gajah yang besar dan beringin yang rindang. Aku mampu hilangkan pikiran kusam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar