Aku lupa ketika aku harus merasakan indahnya senja.
Senja terlalu dalam mengambil alih hatiku.
Aku tak sadar ketika aku sudah kehilangan senja.
Senja yang sudah hilang tak akan dapat kembali pulang, menemaniku
melihat indahnya sore hari di bukit bintang.
Aku masih ingat,
ketika dia kecup keningku di atas puncak bukit itu.
Halus bibir merah itu menyapu pelipis kananku.
Dia bisikkan keindahan Jogja pada sore hari.
Dia kenalkan aku dengan kota tercintanya, Jogjakarta.
Dengan ini aku dapat menikmati indahnya dunia yang fana.
Dunia yang menamparku dengan berbagai hujatan
tentang apa aku ini.
Tentang kelakuanku, tentang estetikaku yang hilang karena cinta senja.
Aku bilang ini keindahan, ketika aku dapat merasakan hitamnya kehidupan.
Senja terlalu dalam mengambil alih hatiku.
Aku tak sadar ketika aku sudah kehilangan senja.
Senja yang sudah hilang tak akan dapat kembali pulang, menemaniku
melihat indahnya sore hari di bukit bintang.
Aku masih ingat,
ketika dia kecup keningku di atas puncak bukit itu.
Halus bibir merah itu menyapu pelipis kananku.
Dia bisikkan keindahan Jogja pada sore hari.
Dia kenalkan aku dengan kota tercintanya, Jogjakarta.
Dengan ini aku dapat menikmati indahnya dunia yang fana.
Dunia yang menamparku dengan berbagai hujatan
tentang apa aku ini.
Tentang kelakuanku, tentang estetikaku yang hilang karena cinta senja.
Aku bilang ini keindahan, ketika aku dapat merasakan hitamnya kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar