Translate

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
Seno Gumira Ajidarma,
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Cari Blog Ini

Minggu, 01 Desember 2013

diam !

dahan ini patah meneriaki sang angin yang asal menyambar. selir muda nan hijau pun terkoyak atas sapuan semilir angin. seakan merintih menahan guncangan yang sangat kuat. menahan luka yang menyayat sang pohon hingga terasa getah yang mengalir dalam pipa pipa dahan. tiang kayu tinggi nan kokoh hanya dapat berteriak tak mampu menerka angin. akar bergoyang mendengar alunan sang pohon. tanah mencibir lapisannya terkoyak. serangga kecil terbatuk tersendat menatap kenakalan sang angin yang genit menerjang.

disini aku belajar dari selir muda yang tak gugur terpisah dengan dahan yang patah tersambar oleh hantaman angin. selir muda yang tak menangis saat kehilangan dahan untuk menopang hidupnya. bagaikan daun yang gugur maninggalkan segala beban yang pernah dirasakan selama masih tertahan pada sebuah batang kayu nan kering. sekali lagi, ia tak menangis namun bersyahadat, bahwa ada dahan yang lebih kokoh yang mampu menopang hidupnya kelak untuk waktu yang semakin lama. karena dahan itu akan memulihkan luka sang selir muda nan hijau.

seketika aku terdiam, aku termenung, aku tarik semua kata-kata ku, ku ingat semua janji janjiku, ku putar otak tuk menemukan masa laluku seperti sang selir muda yang mengingat sang dahan yang telah gugur. aku cermati, coba amati, coba aku bayangkan, betapa miris bahkan sangat tak berguna aku yang dulu, menangis tanpa henti hanya karena seseorang yang aku anggap dia adalah milikku. aku tak berfikir seperti selir muda yang di tinggalkan sang dahan pada waktu itu. dia optimis akan mendapatkan dahan yang lebih baik, yang kokoh tak seperti dahulu. aku nanar, aku cemburu, aku murka bahkan aku gila!
gila karena sebuah petuah tua yang mengatakan "sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh jugaa" --- aku mencoba tuk melompat mencari hidup yang lebih baik dari pada yang lalu, namun aku jatuh pada kenangan masa lalu, jatuh ke pelimbahan bercampur berak dan badan ku berbercak-bercak, hitam kuning dan merah.

diamlah aku beribu bahasa tanpa suara tanpa ada kata, hanya duduk tak mau bergerak tak mau berpaling dari pikiran gila yang sedang aku rangkai. hujan pernah berkata padaku "move on lah dari apa yang kau pikirkan" aku tetap diam. tak kalah dengan petir yang menggelegar berkata padaku "lupakanlah ingatanmu", aku tetap diam. matahari yang menyengat ubun-ubun kepala menasihatiku "biarlah ada yang lain masuk dan menggantikannya", aku tak berkutik, tetap diam. aku diam, mereka semua akhirnya diam. hanya keheningan yang bersahabat padaku. memberikan suasananya agar aku tetap nyaman disampingnya.yah, aku diam dan pikiranku melayang.. terbang bagaikan sang awan, bersinar bagaikan sang bintang dan terbenam surut bagaikan sang bulan.. diam dan diam .. diamlah karena aku suka diam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar