Translate

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
Seno Gumira Ajidarma,
Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Cari Blog Ini

Minggu, 11 Januari 2015

Aku sedang menangis ayah

Aku sedang menangis ayah, rindu akan ceritamu tentang makna hidup. Aku kesepian, sendirian tanpa ada orang yang menyapaku. Hidupku seperti daun yang sudah kering. Rapuh ketika diinjak dan terbang ketika ditiup, serta menjadi sampah bagi orang sekitarku ketika aku disapu dari kampung ini. 

 

Aku terlunta terbawa oleh arus yang menyiksa. Aku kacau, aku hidup tanpa sebuah harapan untuk hidup. Nasib dan takdir adalah dua hal yang aku impikan dan aku nanti. Aku yakin, ayah bahagia tanpa bias kelam ketika ayah meninggalkanku.

 

Kehidupanku sangat sepi. Dipenghujung tahun dan dibuka kembali awal tahun dengan kebosanan. Adakah yang menurut ayah orang untuk menemaniku di kala siang ataupun malam. Apa ayah, ada? Tak salahkah engkau berucap. Selama ini aku sendiri, menari di atas perihnya ujian demi ujian hidupku. Aku sendiri, orang acuh kepadaku. Bagaimana ada orang yang mau menemaniku jika aku terus merasa kesendirian sudah mendasar pada hidupku.

 

Ayah, datangkah ia untuk menghibur? Tidak kata ayah? atau datangnya ia hanya untuk menemaniku diam membisu. Kalau begitu, aku akan tetap sendiri. Perih sekali hati ini ayah ketika aku memang harus hidup dengan kesendirian, bersama hujan, matahari dan udara yang kumal.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar